BEEF CATTLE — Jakarta – Tidur siang sering dianggap sebagai cara untuk menyegarkan tubuh di tengah aktivitas yang padat. Namun, sebuah studi terbaru mengungkap bahwa kebiasaan ini bisa saja meningkatkan risiko kematian, tergantung pada durasi dan pola tidur siang yang dijalani.
Penelitian yang dilakukan menggunakan alat pelacak aktivitas selama tujuh hari ini melibatkan 86.565 orang dewasa di Inggris, berumur 43 hingga 69 tahun. Dalam masa tindak lanjut selama 11 tahun, tercatat 5.819 peserta meninggal dunia.
Dilansir dari Health, peneliti pascadoktoral dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston, Chenlu Gao, mengatakan bahwa bukan sekadar tidur siang yang menjadi masalah, tetapi pola dan durasinya.
“Studi kami mengisi kesenjangan pengetahuan dengan menunjukkan bahwa tidak hanya apakah seseorang tidur siang, tetapi juga berapa lama, seberapa bervariasi, dan kapan mereka tidur siang dapat menjadi indikator risiko kesehatan di masa depan yang signifikan,” ujar Gao.
Meski Gao mengakui masih ada celah dalam penelitian ini, para ahli lainnya menilai temuan tersebut tetap penting.
Tidur Siang yang Seperti Apa?
Direktur Pusat Gangguan Tidur di Cleveland Clinic, Michelle Drerup menyebutkan bahwa penelitian ini memperkuat bukti bahwa kebiasaan tidur siang tertentu berkaitan dengan peningkatan risiko kematian.
Tidak hanya durasi, waktu tidur siang juga berpengaruh. Penelitian ini menjadi salah satu yang pertama mengaitkan jam tidur siang dalam sehari dengan risiko kematian.
Spesialis tidur di UCLA Health, Neal Walia, turut menanggapi temuan ini,”Mereka yang tidur siang lebih lama atau lebih sering di siang hari mungkin perlu evaluasi lebih lanjut, apakah ada kondisi medis lain yang menyebabkan kelelahan dan memicu pola tidur tersebut.”
Dia menekankan bahwa belum ada bukti kuat yang menunjukkan tidur siang secara langsung menyebabkan kematian. Namun, alasan di balik kebiasaan tidur siang harus dicermati.
Durasi Tidur Siang Ideal dan Dampaknya pada Kesehatan
Alasan seseorang tidur siang dalam durasi panjang bisa jadi karena gangguan tidur di malam hari, seperti sleep apnea, atau karena penyakit kronis seperti gangguan jantung. Hal inilah yang bisa menjelaskan kaitan antara tidur siang dan kematian.
Drerup juga mengingatkan bahwa tidur siang terlalu lama dan tidak teratur dapat mengganggu ritme sirkadian — jam biologis tubuh yang mengatur pola tidur.
Gangguan ini dapat memicu masalah kesehatan lain, termasuk peradangan, gangguan metabolisme, dan penyakit jantung.
Meskipun penelitian menunjukkan adanya risiko, para ahli tidak menyarankan untuk menghindari tidur siang sepenuhnya, terutama bagi pekerja shift. Yang penting adalah durasi dan waktu tidur siang yang tepat.
“Tidur siang kurang dari 30 menit dianggap ideal karena bisa menyegarkan tubuh tanpa menyebabkan kantuk berlebih akibat masuk fase tidur lelap,” ujar Drerup.
Walia pun menyarankan tidur siang dilakukan lebih awal agar tidak mengganggu tidur malam.
Jika seseorang terus-menerus merasa lelah meskipun sudah tidur siang secara rutin, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Hal ini penting untuk mendeteksi gangguan kesehatan atau masalah tidur yang mendasarinya.