BEEF CATTLE — Jakarta – Di sebuah gedung sederhana di Stratford, London Timur, sebuah inovasi kuliner sedang dalam tahap pengembangan. Better Dairy, sebuah perusahaan rintisan asal Inggris, sedang memproduksi keju yang tidak pernah dibuat dari ambing sapi, namun diklaim memiliki rasa yang mirip dengan keju asli.
Mengutip BBC, Selasa (15/7/2025), dalam beberapa tahun mendatang, perusahaan ini berharap dapat menghadirkan keju laboratorium ke meja makan kita. Namun, pertanyaannya adalah maukah kita memakannya?
Better Dairy bukanlah satu-satunya perusahaan yang berusaha menciptakan keju hasil laboratorium. Di seluruh dunia, sejumlah perusahaan tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan dan memasarkan keju yang diproduksi melalui proses fermentasi presisi.
Namun, tantangan besar menanti mereka, terutama di tengah tren penurunan minat terhadap makanan bebas daging. Menurut Badan Pengembangan Pertanian dan Hortikultura (AHDB), penjualan keju nabati di Inggris mengalami penurunan sebesar 25,6 persen pada kuartal pertama 2025.
Sebaliknya, penjualan keju sapi justru meningkat sebesar 3 persen. Salah satu alasan penurunan tersebut adalah jumlah vegan di Inggris yang relatif sedikit, hanya sekitar 1 persen dari populasi, meskipun Masyarakat Vegan memperkirakan angka tersebut mencapai 3 persen.
Optimis untuk Penganut Vegan
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2720064/original/073114700_1549256798-mozzarella-681466_1920.jpg)
Kendati demikian, Masyarakat Vegan tetap optimistis, menyatakan bahwa pasar makanan bebas daging masih kompetitif dan stabil. Namun, ada kekhawatiran lain yang menghantui keju hasil laboratorium ini, yakni masalah kesehatan dan harga.
Sebuah survei pemerintah baru-baru ini menunjukkan bahwa makanan yang diproses secara ultra, seperti keju vegan, menjadi kekhawatiran utama konsumen setelah biaya. Selain itu, keju nabati umumnya lebih mahal dibandingkan keju sapi.
Di Belanda, perusahaan Those Vegan Cowboys berharap dapat memasarkan keju mereka ke Amerika Serikat akhir tahun ini dan Eropa dalam tiga hingga empat tahun ke depan, meski harus menghadapi kendala regulasi. CEO perusahaan, Hille van der Kaa, menyadari bahwa minat terhadap keju vegan sedang menurun, namun ia optimis dengan strategi revolusi diam-diam yang menyasar keju yang jarang dipikirkan orang.
Sementara itu, perusahaan Prancis Standing Ovation berencana meluncurkan produk mereka di AS tahun depan, dan di Inggris serta Eropa pada tahun 2027. Di Stratford, Better Dairy yang berbasis di London belum meluncurkan keju hasil laboratoriumnya karena harga yang masih terlalu mahal. Namun, CEO Jevan Nagarajah optimis bahwa dalam tiga atau empat tahun, harga keju ini akan lebih terjangkau.
Lebih Keju Rasanya
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3166193/original/035506700_1593504697-aliona-gumeniuk-7sJMQ_amtiQ-unsplash.jpg)
Keju hasil laboratorium ini memiliki rasa yang enak, Better Dairy mengklaim rasanya lebih mirip dengan keju asli daripada keju yang pernah ada. Meski demikian, Jevan mengakui masih ada ruang untuk perbaikan, terutama dalam optimasi rasa lemak nabati yang digunakan.
Better Dairy berharap para pembuat keju artisanal dapat menggunakan susu non-susu mereka di masa depan untuk meningkatkan rasa. Sementara itu, Those Vegan Cowboys dan Standing Ovation fokus pada keju yang mudah diganti, seperti yang ada pada pizza dan burger.
Namun, tantangan besar masih menanti. Survei AHDB menunjukkan bahwa dari mereka yang membeli keju vegan tahun lalu, 40 persen tidak membelinya lagi, mengindikasikan bahwa rasa mungkin menjadi faktor penghalang. Damian Watson dari Vegan Society bahkan menyatakan bahwa kemiripan dengan keju asli mungkin bukan hal yang diinginkan oleh semua vegan.
Dengan segala tantangan dan peluang yang ada, masa depan keju hasil laboratorium ini masih menjadi teka-teki. Apakah inovasi ini akan menjadi resep sukses atau justru bencana di dunia kuliner? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.
Masalah Makanan Ultra-Proses
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4748530/original/079927000_1708486182-andra-c-taylor-jr-_L5MGd0w1FQ-unsplash.jpg)
Damian Watson dari Vegan Society menunjukkan bahwa kemiripan dengan produk asli bahkan mungkin bukan hal yang baik. “Beberapa vegan menginginkan rasa dan tekstur makanan mereka seperti daging, ikan, atau susu, sementara yang lain menginginkan sesuatu yang sama sekali berbeda,” ujarnya.
Judith Bryans, kepala eksekutif badan industri Dairy UK, berpendapat bahwa status quo akan tetap kuat. “Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penambahan produk hasil laboratorium akan mengurangi pangsa pasar yang ada, dan masih harus dilihat di mana produk-produk ini akan ditempatkan dari sudut pandang persepsi konsumen dan harga,” ujarnya kepada BBC.
Selain kekhawatiran saat ini tentang menyusutnya pasar vegan, rasa, kualitas, dan harga, masalah makanan ultra-olahan adalah salah satu hal yang mungkin harus dihadapi oleh perusahaan-perusahaan ini. Mereka berpendapat bahwa rendahnya laktosa, rendahnya kolesterol, dan rendahnya jumlah lemak jenuh dalam keju buatan laboratorium dapat meningkatkan manfaat kesehatannya – dan bahwa semua keju diproses.